Pukul tiga dini hari

Pukul 01.00 dini hari, aku terbangun dari tidurku yang menyenangkan. Mengapa menyenangkan? karena saat tidur aku tak bisa merasakan bagaimana rasanya rindu. Saat aku terbangun, aku tahu bahwa aku akan mencarimu.

Rasanya asing, saat aku mulai mencarimu. Kamu terlalu sering menghilang dan muncul. Jangan membuatku terbiasa pada ketidakhadiranmu. Jangan berpikir aku akan sesetia itu menunggumu. Jika aku masih saja berdiri di hadapanmu, itu karena aku belum menemukan titik jenuhku saja. Aku sama saja dengan orang lain, tidak akan tahan pada hal yang tidak nyata. Jangan bertingkah seolah kamu mampu kugenggam, jika kenyataannya menyentuhmu saja sesuatu yang mustahil.

Aku bukan orang yang bodoh, berlarut-larut berharap pada sesuatu yang semu. Hidup pada semua khalayanku bersamamu. Itu menyakitkan. Aku sudah melihatnya dan merasakannya. Bagiku, Lebih baik disakiti oleh kenyatan bahwa kamu tidak merasakan hal yang sama denganku, daripada menyakini bahwa suatu hari kamu akan merasakan hal yang sama.

Berharap pada manusia bukanlah hal yang akan membuatku bahagia, aku tahu. Sikap diamku dan semua pemaklumanku punya batas waktu. Kapan waktu itu akan berakhir, hanya aku yang tahu. Mungkin saat ini, aku masih menyukai tawamu, semua ceritamu dan tentangmu. Meski aku berharap kata masih tidak akan berganti menjadi pernah. Meski aku berharap, bahwa kamu benar-benar nyata.  Meski berkali-kali aku ingin berhenti. Meski aku berharap, pada detik selanjutnya aku masih merasakan hal yang sama. Namun, saat aku membaca tulisan ini hingga akhir, pada titik terakhir tulisan ini, aku menyadari satu hal. Kamu sudah membuat kata masih itu  menjadi pernah.

Komentar

Postingan Populer