Buku Puisiku

kubuka lembar demi lembar buku yang akhirnya kutulis kata tamat
jauh sebelum akhirnya kutulis kalimat itu
tentangmu, abadi dalam puisi-puisi yang tak pernah kamu baca
tentangmu, telah kuceritakan berkali-kali dan menjadi topik utama perbincanganku dengan Tuhan

Puisi-puisiku yang tak pernah kamu lihat sama sekali
Rahasia-rahasia yang kusimpan hingga akhir
Rasa syukur yang pernah kurasakan
Rasa bahagia yang tak pernah kamu ketahui

Aku memang sengaja tak pernah memberitahukan tentang puisi itu
Tentang sebanyak apa yang telah aku tulis dalam bentuk nyata atau dalam hatiku
Kamu tak perlu tahu sedalam apa makna tulisan-tulisanku
Kamu tak perlu mengerti caraku mengungkapkan perasaan dengan hal lain

Sebelum aku memilih untuk mengakhiri buku ini
Telah kubaca berulang kali puisi-puisiku
Telah kuresapi makna dari tulisan-tulisanku
Telah kuberikan segenap jiwa dalam puisi-puisiku

Jika sampai akhir aku tetap merahasiakannya darimu
Kamu hanya perlu tahu satu hal
Hingga halaman terakhir buku ini, jiwa dari puisi ini tetap dirimu.
Dan tak perlu tahu tentang isi dari buku ini.

Meski saat itu, aku masih ingin kamu yang menjadi jiwa dari puisiku
Nyatanya waktu yang menyuruhku untuk berhenti
Ketika aku dipaksa untuk tersadar dari semua khayalanku
Kamu, di antara nyata dan mimpiku

Mimpi yang kubuat sangat nyata
Hingga aku tak bisa membedakannya
Saat aku dipaksa bangun dari tidur panjangku
Seluruh tubuhku mendadak merasa sedih

Aku ingin tinggal lebih lama di sana
Menikmati setiap angan yang kuciptakan
Namun, tidak lagi ada harapan di sana
Aku memilih terbangun

Saat kututup buku ini
Ternyata, itu bukan mimpi tetapi kenyataan
Namun, aku sudah tak bisa berbalik
Telah kutinggalkan mimpi-mimpiku

Puisi-puisiku telah kehilangan jiwanya
Dan si pemimpi ini, tidak lagi ingin bermimpi tentang si pemilik jiwa dari puisi-puisinya
Karena, waktu tak pernah bergerak mundur
Kalimat pertama sudah menjelaskan segalanya.


Komentar

Postingan Populer