surat cinta untuk pria (bawel) pendiam

Hai,

Tulisan ini aku tulis saat tamuku datang, jadi maaf jika surat ini terlalu terbawa perasaan. Tulisan ini memang sengaja aku tulis untukmu, tidak ada maksud apa pun. Hanya saja akhir-akhir ini kamu terlalu mengganggu. Entah pada malam hari sebelum aku tertidur, atau pagi hari saat aku terbangun. Aku mengharapkan kamu ada. Waktu terasa saat lama sekali saat aku menunggumu. Ketika aku melihat kalender, ah baru kemarin aku bertemu denganmu. Mengapa rasanya sudah lama sekali aku tak melihatmu?

Aku boleh jujur kepadamu, berteman denganmu sangat menyulitkan bagiku. Tahu alasannya? Karena meski terkadang aku merasa cukup dengan hubungan seperti itu, nyatanya hatiku yang kurang ajar ini mengharapkan lebih. Aku tahu, mungkin kita sudah berbeda setelah kejadian terakhir. Aku bukan tidak merasakannya, aku hanya ingin melihat segalanya sampai akhir. Aku yang diam-diam memperhatikanmu, aku yang diam-diam mulai mengerti dengan segala sikapmu. Memang hanya seorang wanita yang begitu tertutup tentang sebuah perasaan, dan hanya mampu bersembunyi pada surat-surat yang tak pernah kamu lihat.

Jika menurutmu aku menyukai segala yang ada dalam dirimu, itu salah. Ada banyak hal yang tidak aku sukai darimu, seperti jika kamu ingin sesuatu harus kamu dapatkan. atau saat kamu mengalah denganku, tetapi wajahmu cemberut. Lantas meminta pendapatku, tetapi kamu tetap memilih berpegang teguh dengan pendapatmu. Saat aku berbuat salah, kamu akan bergerutu dan memasang wajah bete, dasar ambekan. Padahal kamu juga seperti itu, bukan hanya aku. Namun kamu tahu, aku memang sebal tetapi itu sangat menyenangkan bagiku. Kamu boleh menunjukan emosi apa pun kepadaku, karena itu lebih baik daripada kamu terus menutupi segalanya.

Aku terkadang ingin bilang kepadamu, dunia terkadang tidak selalu mengelilingimu, tidak selalu mewujudkan apa yang kamu mau. Namun aku sadar, kata-kata itu justru lebih pantas untukku. Terkadang aku merasa bahwa kini aku sedang mengalami hasil yang sudah aku tanam. Entah sudah berapa banyak hati yang aku patahkan, atau perasaan seorang pria yang mungkin merasa tidak dihargai karena aku dengan mudahnya berpaling kepadamu.

Ada seorang sahabatmu berkata padaku, bahwa aku dengan mudahnya jatuh kepadamu. Beberapa temanku pun berkata, bodoh jika harus jatuh kepadamu. Namun, ada satu orang yang berkata padaku, jatuh saja kepadamu, hingga jika sesuatu saat apa yang aku inginkan tidak terjadi, maka aku tidak akan menginginkannya lagi. Lantas aku memilih mengikuti perkataan yang terakhir. Aku tahu alasannya lagi?

Aku ingin percaya, bahwa aku bisa melewati batasanku. Maaf, jika aku pernah berkata bahwa aku ingin waktu saat aku memiliki perasaan kepadamu itu tidak ada. Aku lupa, bahwa aku pernah berdoa agar aku bisa mencintai seseorang setelah bertahun-tahun aku tidak bisa mencintai siapa pun. Maaf jika membuatmu merasa tak layak untuk dicintai. Begitulah wanita bodoh ini bertingkah berlawanan dengan hatinya.

Aku memang memiliki caraku sendiri untuk mencintai seseorang, dan itu sering membuat orang lain salah paham. Aku cuek, tidak peka, asik dengan duniaku sendiri dan masih banyak hal yang terkadang membuat orang lain bingung dicintai olehku atau tidak. Padahal didalam duniaku, ada kamu di sana. Aku hanya belum bisa menunjukannya. Aku memang terlalu hati-hati, dan itu salahku.

Bisa mencintaimu itu adalah berkat, entah akan seperti apa akhirnya. Hei, pria brengsek yang tidak pernah menjatuhkan orang lain dihadapanku. Itu pesonamu, bagiku. Mungkin jarak ini semakin jauh, dan aku tidak tahu cara mengembalikannya. Terima kasih sudah membuatku berkali-kali mengeluh atas kebawelanmu, meski kamu terkenal pendiam. Terima kasih sudah membuatku tidak menyangka bahwa kamu bisa tidak menjadi perfect seperti biasanya.

Saat orang lain berkata, aku tidak bisa melihat kebaikan orang lain dan hanya melihatmu. Mereka hanya tidak tahu, aku melihat semuanya hanya saja tempat mereka berbeda. Bagaimana mungkin aku bisa menempatkan mereka di tempatmu berada? Tempat itu hanya satu, dan aku tidak perlu memberitahu atau menjelaskan siapa penghuninya. Di duniaku, ruang-ruang itu hanya aku yang berhak menentukan. 

Jika mencintai itu mengikhlaskan, maka mungkin aku sedang ada di fase itu. Mengikhlaskan apa kamu akan pergi atau akan tetap di sini. Mungkin aku tidak bisa mewujudkan keinginanmu untuk tetap menjadi teman yang membuatmu takut untuk kehilangan, saat ini. Namun, aku berharap senyumku tetap ada saat melihatmu entah sebagai orang spesial atau sebagai teman.

Hatiku, itu urusanku. Jika cintaku membuatmu terbebani, kamu boleh pergi sejenak dan kamu bisa kembali sesukamu saat kamu merasa semuanya sudah lebih baik. Jadi, jangan merasa terbebani untuk selalu baik kepadaku, karena kamu tidak berkewajiban untuk menjaga hatiku. Lakukan saja semua yang membuat hatimu nyaman. 

dari,




sea

Komentar

Postingan Populer